Tuesday, November 24, 2009

Never Ending Love

Never Ending Love I (Madeline's side)

"Ihh. Kamu tuh ya, aku tau yang lebih pinter dari kamu." "Duh Lin, aku selalu menang dari kamu!" Lagi - lagi aku berantem sama John. Tapi aku tetap senang, karena pada akhirnya kita juga bakal tersenyum dan tertawa bersama-sama.

Suatu hari guru kami bertanya, "Anak-anak, kalian mau jadi apa bila sudah besar nanti?"
"Dokter." , "Guru." , "Pilot." Sekarang tiba saatnya aku menjawab. Tanpa pikir panjang aku berkata, "pemusik.". Pertanyaan itu pun berlanjut hingga aku mendegar jawaban yang sama dengan ku, "Pemusik". ternyata suara yang sudah ku kenal, suara John. Sahabatku ternyata memiliki cita-cita yang sama denganku.

Serpihan-serpihan memori indah bermain di pikiranku. Mengingatkan ku akan kisah masa kecilku bersama sahabat tersayangku. Semuanya telah berubah sekarang. Aku dan John sudah bertumbuh menjadi remaja kini.

Aku masih bertahan dengan cita-cita ku. Tetapi, John tidak lagi. John terkena suatu penyakit yang membuatnya tak lagi dapat memainkan alat musiknya. Aku sedih, tapi tak tahu bagaimana perasaan John yang sebenarnya. Ia tampak bisa menerima semuanya. Satu yang pasti, ia tetap John, temanku yang tegar menerima segala masalah.

Tanpa kusadari rasa sayangku sebagai teman bertumbuh seiring dengan umurku. Aku rasa aku mencintainya. Apakah ini salah? Apakah aku boleh mencintainya? Apakah aku sahabat yang baik bila aku mencintainya? Aku merasa ragu dengan semua konsekuensi yang harus ku terima. Tapi akau tetap yakin akan satu hal. Bahwa aku mencintainya.

Aku tertawa menyadari perasaan ku sendiri. Dulu tiada hari tanpa perkelahian antara aku dan dia. Kami selalu mempertentangkan kehebatan kami masaing-masing. Tapi kami tetap saling mendukung satu sama lain untuk menjadi lebih baik. Akupun tak tahu dan tak mengerti mengapa perasaan ini bisa timbul. Dari musuh yang sebenanrnya sahabat, menjadi cinta? Apakah ini semua kenyataan atau hanya sepenggal mimpi? Tuhan, kalau perasaan ini nyata, bisakah Kau beri aku kesempatan untuk mencintainya sepenuh hatiku?

Bulan itu merupakan bulan valentine. Aku pun berpikir untuk memberikan John sesuatu.Maka akhirnya aku memutuskan untuk memberikannya sesuatu yang kubuat sendiri. Aku suka bintang, maka aku memutuskan untuk membuatkannya 100 bintang kecil yang kumasukkan ke dalam sebuah toples yang kuhias. Aku juga menuliskan 100 tentang dirinya di sebuah kertas dan ku masukkan juga ke dalam toples itu. Untuk membuat hadiah itu tidaklah mudah. Menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Tapi aku tak keberatan. Karena ini semua untuk John.

Semua pikiranku sepertinya salah. Karena John hanya menganggapku sebagai teman. Well, dia tidak berkata langsung padaku, tapi aku menarik kesimpulan sendiri dari sikapnya padaku.Tidak mudah menerima kenyataan ini. Mengapa kau tak bisa mencintaiku, John? Aku mencintai mu dan menerima segala keadaanmu. Aku akan selalu ada disisimu. Tapi mengapa? Aku hanya memandangnya lirih, hatiku bagai teriris.





Never Ending Love II (John's Side)

Gadis kecil yang berada di sebelah ku ini selalu membuatku tersenyum. Dia tak lain dan tak bukan adalah Madeline.Tapi aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan Linny. Aku melalui banyak pengalam menarik dan bahagia dengannya. Aku senang mengenalnya. Terima kasih Tuhan, untuk sahabat ku ini.

Aku tak sadar bahwa kami telah bertumbuh bersama hingga suatu hari ia memberikan bintang padaku dan menyatakan perasaannya. Aku tertegun, tak percaya. Ku sangka ia hanya bercanda, kemudian setelah ia melihat muka tak percaya ku, ia akan menertawaiku. Tapi kali ini tidak. Aku tak tahu perasaan apa yang berkecamuk di dalam hatiku. Aku memutuskan untuk diam dan tak menjawabnya.

Saat liburan musim panas tiba, kami memutuskan untuk berlibur bersama di pantai. Kami tertawa, bermain, bergembira bersama-sama. Hari itu adalah hari yang sempurna. Hingga malam pun tiba. Aku tidak menemukan Linny dikamarnya. Aku panik mecarinya diseluruh kamar villa, dan tak ku temukan ia. Aku mulai merasakan ada guntur di hatiku dan darahku memompa otot-otot ku untuk segera berlari keluar, mencari Linny.

Ternyata ku temukan dirinya di tepi pantai, menatap lurus ke arah deburan ombak di bawah ribuan bintang. Aku duduk disebelah nya dan berkata, "Kemana aja sih kamu? Aku cari-cariin kemana-mana gak ada, taunya di luar. Bikin panik aja."
Tapi kemudian ia tersentak kaget dan mengusap wajahnya. Itu? Apa itu? Air mata? Linny menangis? Mengapa?
"Linny, ada apa? Kau menangis?" Ia berusaha mengatur nafasnya dan menggelengkan kepalanya. "Nggak. aku gak nangis. gak ada apa-apa kok." katanya gelagapan. Kamu bohong, Linny. Aku mengenalmu selama 16 tahun dan aku tahu kau sedih saat ini. Tapi ku putuskan utnuk tidak bertanya lagi. Karena ia tak akan memberitahuku apa yang membuat air matanya menetes. Aku pun memeluknya dan mendekapnya. Tuhan, aku rasa aku menyayanginya. Tapi.. aku lebih menyayanginya daripada sebelumnya--aku rasa aku mencintainya. Aku tak ingin lagi melihat ada air mata yang mengalir dipipinya. Aku hanya menginginkan senyuman di wajah manisnya.

Kami tak berkata-kata lagi. Kami hanya menatap ribuan bintang di atas kami dalah keheningan. Walaupun rak berbicara, aku merasakan sesuatu hal yang hangat. Menenangkan hatiku.

Tapi takdir menarikku kembali. Aku mempunyai penyakit yang tak bisa disembuhkan. Aku tahu Linny bisa menerima kadaanku apa adanya. Tapi tetap, aku tak ingin membuatnya sedih, cemas, dan malu karena adanya diriku di sisinya. Ataupun melihatnya menangis lagi saat aku tak ada disisinya untuk selamanya. Aku menyanyangimu Linny, aku cinta padamu. Tapi maafkan aku, aku tak bisa melihatmu sedih. Kau harus bahagia tanpa aku.






Bintang menjadi saksi dalam kisah cinta bisu mereka. Cinta mereka sangatlah besar. Tapi tetap saja, cinta mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Tapi satu yang pasti, cinta mereka tidak akan berakhir sampai kapanpun. cinta mereka akan tetap abadi selama bintang masih bersinar di langit.

Priskila Hilary
22.11.09

Thursday, November 19, 2009

Surat Terakhir

Aku tersenyum, memeluk erat boneka ku. Tak sabar melihat ibuku di dalam. Tapi aku binggung, mengapa ayah terlihat begitu cemas?

Kehadirannya dalam hidup kami bagai sebuah pelangi yang memberi banyak warna. Derap kaki kecil, tangisan dan rengekan, teriakan antusiasme nya selalu memenuhi rumah. Aku bangga padanya, aku sayang padanya. Teman baikku, sahabat hidupku. Dia adalah adikku seorang, Marilyn.

Aku ingat saat-saat kami berjalan menyusuri pasir pantai yang terasa lembab. Kami merasakan terpaan angin memainkan rambut kami. Kami tertawa, kami berlari. Saat itu aku sadar, senyum di wajahnya, itu yang terpenting bagiku.

Suatu malam ia datang padaku. Ia menangis tersedu-sedu. Aku binggung. Apa yang telah terjadi pada adikku? Ternyata seorang bocah lelaku telah menorehkan luka di hatinya. Ia tak berhenti menangis dan berkata padaku bahw ia tak akan lagi mencintai seorangpun. Aku hanya tersenyum dan memeluknya. "Marilyn, jangan kamu berkata seperti itu. Suatu hari nanti kau pasti mengerti apa arti mencintai dan dicintai." Ia kemudian terlelap setelah tenaganya terkuras habis untuk menangis.

Ia bertumbuh makin dewasa dan ia telah menduduki bangku SMP kini. Ia tertawa begitu bahagia dan datang ke dalam kamarku. Ia baru saja terpilih menjadi ketua osis di sekolahnya. Ternyata kerja keras kami tadi malam membuahkan hasil yang sangat besar. Walau kami harus tidur jam 1 pagi untuk mempersiapkan pemilihan ketua osis hari inim aku tidak menyesal. Aku bangga padanya.

Suatu hari semua perasaan di hatiku berubah, semua kehidupan kami tidak lagi sama. Aku menemukan dirinya tergeletak di lantai kamarnya. Aku berteriak, memanggil ibu. Ia pun dilarikan ke reumah sakit. Aku dan ibu tidak kunjung tenang, hati kami resah menunggu sang dokter. Saat dokter itu keluar dan memberi tahu keadaan Marilyn, saat itu juga ayahku datang. "Sepertinya kuta harus melakukan pemeriksaaan lebih lanjut. Karena penyakit ini sepertinya bukan penyakit biasa." ujar sang dokter. Adikku pun diperiksa lebih lanjut dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya. Hatikku terasa teriris melihat adikku terbaring tidak berdaya.

Ia koma selama seminggu. Aku sangat merindukan tawa cerianya.Aku ingin bercanda lagi dengannya. Kapankah ia sadar? Kapan ia bisa tersenyum lagi? Semua pertanyaan berkecamuk di pikiranku, menghancurkan hatiku!

Ternyata setelah semua hasil pemeriksaan keluar, kami baru tahu setelah 13 tahun bahwa ia mengalami kelainan di jantungnya. Dokter berkata." Alat yang dipasang di tubuhnya kini adalah penopang hidup Marilyn. Jika alat ini di lepas, ia tak akan lagi bertahan di dunia ini, tetapi jika tidak dicabut, ia akan tetapi terbaring koma selama alat ini ada ditubuhnya. Semua keputusan ada di tangan bapak dan ibu."
Aku tak lagi bisa menahan air mataku. Pupuslah harapanku untuk melihatnya tertawa lagi.

Ayah dan ibu mengambil keputusan dengan sangat berat hati, mereka akan mencabut alat itu dari tubuh adikku. Hari ini adalah hari terakhir bagiku untuk melihatnya. Hari ini alat itu akan dicabut. Aku berdiri di sebelahnya, memegang tangannya, memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba aku merasakan genggaman di tanganku dan kemudian terlepas.

Ia telah pergi...

Dua minggu setelah kepergiannya, kami membereskan kamarnya. Aku menemukan secarik surat dalam kotak kenangannya yang berwarna biru. Aku melihat sebuah nama Michaela di atas kertas tersebut. Itu adalah namaku. Aku membuka surat itu dan aku tak kuasa untuk berhenti dan menahan air mataku.

"Kakak, mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi disebelahmu. Tapi aku ingin kakak tahu bahwa ini adalah yang terbaik. Aku sayang kakak, sampai kapanpun juga. Terima kasih atas segalanya. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, dan semua yang telah kakak berikan padaku. Anugrah terbesar di dalam hidup ku adalah memiliki kakak seperti mu. Kau adalah kakak terbaik di dunia. Kakak harus berjanji padaku, kakak boleh melupakanku, tapi kakak tidak boleh menangis lagi karena ku,. Kakak janji ya, jangan sedih lagi. Sekali lahi, aku sayang kakak. Selamat tinggal, kak. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik bagimu.

Dari adikmu yang selalu menyusahkanmu,
Marilyn."


Aku tak mampu mengeluarkan kata sepatah kata pun. Aku janji padamu, Marilyn. Aku akan bahagia untukmu. Kau juga adalah adik terbaik di dunia. Aku sayang padamu, adikku.


27.10.09
c by: p.hilary

Friday, November 13, 2009

Arti Dirimu

Aku terbangun di pagi hari
Menatap indahnya dunia ini
memandang semuanya berseri
seperti perasaan ku di hati

semuanya tampak baru
dan tak lagi sama bagiku
sejak adanya dirimu
mewarnai hari-hariku

kau bagaikan bintang di langit malam ku
deruan ombak yang menderu
pelangi setelah badai berlalu
beri kesejukan bagai sang bayu

kau beriku semangat baru
mengindahkan hariku
semua yang ada padamu
sangat berarti bagiku

apa yan gku mengerti tentang cinta?
aku hanya anak kecil yang berlara
aku tak tahu semuanya
andai ku mengerti isi dunia

tapi satu yang kutahu pasti
rasa di dalam diri ini
akalah rasa cinta yang murni
hanya untuk dia seorang diri

Arti Dirimu

Aku terbangun di pagi hari
Menatap indahnya dunia ini
memandang semuanya berseri
seperti perasaan ku di hati

semuanya tampak baru
dan tak lagi sama bagiku
sejak adanya dirimu
mewarnai hari-hariku

kau bagaikan bintang di langit malam ku
deruan ombak yang menderu
pelangi setelah badai berlalu
beri kesejukan bagai sang bayu

kau beriku semangat baru
mengindahkan hariku
semua yang ada padamu
sangat berarti bagiku

apa yan gku mengerti tentang cinta?
aku hanya anak kecil yang berlara
aku tak tahu semuanya
andai ku mengerti isi dunia

tapi satu yang kutahu pasti
rasa di dalam diri ini
akalah rasa cinta yang murni
hanya untuk dia seorang diri

Animo

Ia berdiri
membawa dopis
tanpa merasa cungap

ia telah tercelus ribuan kali
tapi ia tidak bercelih
walau hidup telah di hujung
tapi telah beku hatinya

seperti jalad
hawa sejuk
yang membekukan air
begitu pula jatinya

bagai jauhar
yang tak bisa dihancurkan
oleh sebuah jelagra

demi seorang kinasih
ia mengimpalkan dirinya
dalam sebuah realita
yang tak bisa diukur dengan kilan

sebuah animo
yang tak ada habisnya
membawa meriam
demi menuju mercu

Sebuah Jerat

Puisi ini
Hanyalah cerminan sebuah mimpi
yang dilengkapi
air mata di pipi

tiada yang sempurna
di bawah bulan purnama
semuanya akan sirna
lenyap, angin membawa

satupun tak ada
yang berbicara
semua terdiam
dalam gelapnya malam

keheningan menjalar
membuat sang pelita kehilangan arah
mencari, menjerat
taka ada yang berkutik

hanya ada kata andai
di ambang-ambang badai
tidaklah mudah semua ini
untuk dilewati

arti itupun
kehilangan dirinya
dalam sebuah memori
yang tak berakhir

untaian sara
dalam hati bagai terperangkap dalam suara
akan tangisan ini

hanya disinilah
tempatku bernaung
tak ada lagi yang lain
musnah terbawa api

Your Happines

Stars
always think of the moon
Stars
will not leave the moon alone

Clouds
always stay above
To accompany
the blue sky

That's what
I always do for you
I care
And do my best

but still
it's not my destiny
to be your happines
the one who can
make you smile

your laugh
then means
my tears

your love
is a pain now
it's all fake
and only my dream

a dream
that never gonna happen
a wish
that has a broken self

but, i realize
even i have to cry
i will do it
just to make you smile

at least
i'm not
a person
who can't make you laugh

i know
i can prove myself
i can be your happines
with all my tears and my pain

Sebuah kisah

Ku lukiskan sebuah kisah
tentang memori indah
yang terkunci dalam peti harta karunku

Andai saja
aku dapat memutar balik waktu
dimana sepasang insan
memandang cahaya rembulan
ditemani ribuan bintang

aku akan melakukan apapun
untuk kembali melihat
dua pasang jejak kaki di pasir
sambil memandang teduh
sang fajar berisirahat

namun,
semua itu telah membusuk
dirimu hanya tinggal sebuah siluet
di remang pagi
suaramu hanya tinggal angin berlalu

Aku sangat ingin
menghindari kenyataan
akan lebih baik jika aku
tak pernah mengenalmu

karena kau lah senyumku
kau lah hari-hariku
kau lah hidupku
kau lah kenangan terindahku